TENTARA NAZI JERMAN DI INDONESIA (1940 – 1945)

Berkecamuknya Perang Dunia ke II di wilayah Asia Pasifik, khususnya yang terjadi di Indonesia, diwarnai dengan kehadiran pasukan Nazi Jerman. Aksi mereka dilakukan usai menyerahnya Belanda kepada jepang di kalijati, Subang, 8 Maret 1942. Kehadiran pasukan Jerman secara umum melalui aksi sejumlah kapal selam (U-boat) di Samudera Hindia, Laut Jawa, selat Sunda, Selat malaka pada kurunb waktu tahun 1943 – 1945. Sebanyak 23 U-Boat mondar – mandir di perairan Indonesia, Malaysia dan Australia dengan pangkalan bersama Jepang di Jakarta, Sabang dan Penang yang diberangkatkan dari daerah pendudukan di Brest dan Bordeaux (Prancis) Januari – Juni 1943.


Beroprasinya sejumlah U-Boat di kawasan Timur Jauh merupakan perintah Fuehrer Adolf hitler kepada Panglima Laut Jerman (Kriegsmarine) Admiral Karl Doenitz. Tujuannya membu7ka blockade lawan juga membawa mesin Presisi, mwesin pesawat terbang serta berbagai peralatan industry lainnya yang dibutuhkan oleh rekan sejawatnya, Jepang yang sedang menduduki Indonesia dan Malaysia. Sepulangnya dari sana, berbagai kapal selam itu bertugas mengawal kapal yang membawa hasil perkebunan berupa karet alam, kina, serat – seratan, dll. Untuk keperluan industry perang Jerman di Eropa.

Pada  awalnya kapal selam Jerman yang ditugaskan ke Samudra Hindia dengan tujuan awal ke Penag berjumlah 15 buah terdiri dari U-177, U-196, U-859, U-860, U-861, U-863 dan U-871 (semuanya dari type IXD2), U-510, U-537, U-843 (Type IXC), U-1059 dan U-1062 (Type VIIF).


Jumlahnya kemudian bertambah dengan kehadiran U-862 (Type IXD2) yang pindah pangkalan ke Jakarta. Ini disusul U-195 (Type IXD I) dan U-219 (Type XB) yang mulai menggunakan Jakarta sebagai pangkalan pada Januari 1945. Sejak itu berduyun – duyun kapal selam Jerman yang lainnya yang masih berpangkalan di Penang dan Sabang ikut pindah pangkalan ke Jakarta, sehingga Jepang kemudian memindahkan kapal selamnya ke Surabaya.



Adalah U-862 yang dikomandani Heinrich Timnn yang tercatat paling sukses beraksi di wilayah Indonesia. Berangkat dari Jakarta dan kemudian selamat pulang ke tempat asal, untuk menenggelamkan kapal sekutu di Samudera Hindia, Laut Jawa sampai Pantai Australia.Nasib sial nyaris dialami Heinrich saat bertugas di permukaan laut wilayah Samudera Hindia. Gara – gara melakukan maneuver yang salah, kapal selam itu nyaris mengalami ‘senjata makan tuan’ dari sebuah torpedo jenis homming akustik T5/G7 Zaunkving yang diluncurkannya. Untungnya, U-862 buru – buru menyelam secara darurat, sehingga torpedo itu kemudian meleset.


 
  Heinrich Timnn
Komandan U-862 

Usai Jerman menyerah kepada pasukan Sekutu, tanggal 6 Mei 1945 U-862 pindah pangkalan dari Jakarta ke Singapura. Pada Juli 1945, U-862 dihibahkan kepada AL Jepang dan berganti kode menjadi I-502. Jepang kemudian menyerah kepada Sekutu, Agustus 1945. Riwayat U-862 berakhir pada 13 Februari 1946 karena dihancurkan pasukan Sekutu di Singapura. Para awak U-862 sendiri semuanya selamat dan kembali ke tanah air mereka beberapa tahun usai perang.

TENTARA NAZI GERMAN DILINDUNGI PRIBUMI
Usai Jerman menyerah kepada Sekutu di Eropa pada tanggal 8 Mei 1945, berbagai kapal selam yang masih berfungsi dihibahkan kepada AL Jepang untuk kemudian dipergunakan lagi, sampai akhirnya takluk pada 15 Agustus 1945 usai dibom Atom oleh Amerika Serikat.Setelah peristiwa itu, sejumlah tentara Jerman yang ada di Indonesia menjadi luntang – lantung tidak mempunyai pekerjaan. Orang – orang Jerman mengambil inisiatif agar dapat dikenali oleh Pejuang Indonesia dan tidak keliru disangka orang belanda. Caranya mereka membuat tanda atribut yang diambil dari seragamnya dengan menggunakan lambing Elang Negara Jerman pada bagian lengan baju mereka.


Para tentara jerman yang tadinya berpangkalan di Jakarta dan Surabaya, pindah bermukim ke Perkebunan Cikopo, Kec. Megamendung, Kab. Bogor. Mereka semua kemudian menanggalkan seragam mereka dan hidup sebagai ‘warga sipil’ disana. Pada awal Bulan September 1945 sebuah resimen Ghurka Inggris dibawah komandan perwira asal Scotlandia dating ke P.Jawa dan mereka kaget menemukan tentara Jerman di Perkebunan Cikopo. Sekutu kemudian memerintahkan Burghagen (komandan – Mayor Angkatan Laut Jerman) untuk pindah ketempat penampungan di Bogor.

Dengan menggunakan 50 truk eks tentara Jepang, orang – orang Jerman di Perkebunan Cikopo itu dipindahkan ke tempat penampungan di Bogor. Namun mereka harus kembali mengenakan seragam mereka, memegang senjata yang disediakan pasukan Inggris, untuk melindungi tempat penampungan yang semula ditempati orang – orang Belanda. Tetapi ditempat penampungan banyak orang belanda yang mengeluh, karena mereka ‘dijaga’ oleh orang Jerman. Pada malam hari pertama menginap, langsung terjadi saling tembak namun tak ada korban. Karena orang – orang Indonesia mengira oprang – orang Jerman telah ditangkapi oleh Pasukan Sekutu dan mereka berusaha membebaskan orang – orang Jerman itu.

Setelah peristiwa itu, Inggris menyerahkan sekitar 260 tentara Jerman kepada pihak Belanda yang kemudian di tawan di Pulau Onrust. Tercatat pula, beberapa tentara jerman melarikan diri dari pulau Onrust dengan berenang menyebrang ke pulau lain. Diantaranya pilot pesawat AL jerman bernama Werner dan sahabatnya Lvsche dari U-219. Selama pelarian, mereka bergabung dengan pejuang Kemerdekaan Indonesia di P. Jawa bekerjasama melawan Belanda yang ingin menjajah kembali. Lvsche kemudian meninggal akibat kecelakan saat ,merakit pelontar api.